Nahdlatul Ulama (NU), sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki pandangan yang khas tentang berbagai amalan dalam Islam, termasuk puasa Arafah dan Tarwiyah. Kedua puasa ini dilakukan pada hari-hari tertentu di bulan Dzulhijjah dan memiliki makna serta sejarah yang mendalam.

1. Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, sehari sebelum puasa Arafah. Nama "Tarwiyah" berasal dari kata Arab "yarwiy" yang berarti "merenung" atau "berfikir". Dalam konteks sejarah haji, hari Tarwiyah adalah hari ketika para jamaah haji mulai mempersiapkan diri untuk wukuf di Arafah dengan berangkat dari Mekkah menuju Mina.

Dalil Hadits:

Keutamaan puasa Tarwiyah didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar. Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa pada hari Tarwiyah menghapus dosa satu tahun. Puasa pada hari Arafah menghapus dosa dua tahun." (HR. Ibnu An-Najjar).

Namun, perlu dicatat bahwa beberapa ulama mempertanyakan kesahihan hadits ini. Meski begitu, NU tetap menganjurkan amalan ini sebagai bentuk ibadah yang dapat meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)

Puasa Arafah adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan hari wukuf di Arafah bagi mereka yang melaksanakan ibadah haji. Hari Arafah adalah puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji, di mana jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

"Demi fajar, dan malam yang sepuluh." (QS. Al-Fajr: 1-2).

Menurut tafsir dari beberapa ulama, "malam yang sepuluh" merujuk pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, yang termasuk di dalamnya hari Arafah.

Keutamaan puasa Arafah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, di mana Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menggugurkan dosa tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya." (HR. Muslim).

Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala dan keutamaan puasa Arafah bagi mereka yang tidak melaksanakan haji.

Nahdlatul Ulama menekankan pentingnya mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan para ulama dalam melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah. NU mendorong umat Islam untuk berpuasa pada kedua hari ini sebagai bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperbanyak amal shaleh di bulan Dzulhijjah yang penuh berkah.

Sejarah dan Praktik di Indonesia

Di Indonesia, praktik puasa Tarwiyah dan Arafah telah menjadi tradisi yang dilakukan oleh banyak umat Islam, khususnya mereka yang mengikuti ajaran NU. Masyarakat biasanya mengisi hari-hari tersebut dengan puasa, dzikir, doa, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya. Di pesantren-pesantren NU, puasa Tarwiyah dan Arafah seringkali diikuti oleh para santri sebagai bagian dari pendidikan spiritual mereka.

Puasa Tarwiyah dan Arafah adalah dua amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Pandangan Nahdlatul Ulama menggarisbawahi pentingnya kedua puasa ini sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan, menghapus dosa, dan mempersiapkan diri secara spiritual menjelang Idul Adha. Dengan memahami sejarah dan keutamaannya yang didukung oleh dalil Al-Quran dan hadits, umat Islam diharapkan dapat melaksanakan puasa ini dengan lebih khusyuk dan penuh keikhlasan.


Penulis : Achmad Fatkhurrozi


Tulis Komentarmu Di Sini

أحدث أقدم