Islam sebagai agama yang universal dan menyeluruh, telah diturunkan Allah SWT melalui Rasul Muhammad SAW. Setelah Rasulullah, ajaran Islam disampaikan kepada para sahabat yang menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi bagi generasi berikutnya. Para sahabat kemudian mengajarkan Islam kepada para tabi'in, yang kemudian diteruskan kepada tabi'it tabi'in, dan seterusnya hingga mencapai para ulama' yang mengajarkan kita tentang aqidah (keyakinan), fiqih (hukum Islam), dan akhlak (etika) dalam Islam.
Pada tahun 1920-an, di Arab Saudi, ajaran-ajaran aqidah, fiqih, dan tasawuf seperti yang diajarkan oleh para ulama' tersebut dilarang oleh pemerintah setempat. Bahkan, terjadi ancaman pembongkaran makam Rasulullah SAW. Situasi ini memprihatinkan dan mengejutkan para ulama' di Jawa, termasuk KH. Kholil Bangkalan, Habib Hasyim Pekalongan, KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisyri Syansuri, KH. Ridlwan Abdullah, KH. Mas Alwi Abdul Aziz, dan banyak ulama lainnya.
Mereka merasa cemas dan berkeinginan untuk mempertahankan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah yang merupakan ajaran yang moderat, toleran, dan berlandaskan pada keyakinan Ahlussunah Wal Jama'ah seperti Asy'ari dan Maturidi dalam aqidah, serta mengikuti salah satu dari empat madzhab dalam fiqih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali.
Sebagai respons terhadap situasi tersebut, ulama-ulama tersebut mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. NU didirikan dengan tujuan untuk memprotes kebijakan pemerintah Saudi Arabia yang melarang ajaran-ajaran tersebut. Selain itu, NU juga berusaha mempertahankan dan menyebarkan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah.
Dalam perjalanan waktu, NU yang dipelopori oleh KH. Wahab Hasbullah juga mendirikan Ansor pada tahun 1934. Ansor merupakan wadah bagi pemuda-pemuda NU untuk mengaktualisasikan peran dan kiprah mereka dalam menjaga keamanan, membela ulama', serta mempertahankan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah. Pada tahun 1937, Ansor juga mendirikan Banser (Barisan Ansor Serbaguna), yang bertugas sebagai wadah keprajuritan untuk melindungi masyarakat.
Pada tahun 2012, Rijalul Ansor didirikan sebagai wadah ritual keagamaan yang berfokus pada menjaga tradisi dan kegiatan keagamaan. Rijalul Ansor bertugas menjaga dan melestarikan tradisi keagamaan, seperti majelis dzikir, istighotsah, rotib, Yasin Tahlil, sholawat, manaqib, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya. Sebagai anggota Rijalul Ansor, mereka berkomitmen untuk menghormati nilai-nilai, tradisi, dan budaya bangsa di mana Islam hadir.
Mengapa kita mencintai Banser dan Rijalul Ansor? Karena kecintaan kita terhadap Banser dan Rijalul Ansor adalah cerminan dari cinta kita kepada Ansor, NU, para ulama', serta ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah yang mereka pertahankan. Cinta kita kepada Ansor adalah cinta kita kepada NU. Cinta kita kepada NU adalah cinta kita kepada ulama' dan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah. Cinta kita kepada ulama' dan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah adalah cinta kita kepada para sahabat Rasulullah SAW. Dan, pada akhirnya, cinta kita kepada para sahabat adalah cinta kita kepada Rasulullah Muhammad SAW. Dan dalam esensinya, cinta kita kepada Rasulullah adalah cinta kita kepada Allah SWT sendiri.
Dalam kesimpulan, Banser dan Rijalul Ansor adalah bagian integral dari gerakan pemuda NU yang bertujuan mempertahankan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah. Melalui cinta mereka kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, Banser dan Rijalul Ansor berusaha menjaga dan melestarikan tradisi keagamaan serta menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kontributor : Sahabat Rozi
إرسال تعليق